Jumat, 11 Desember 2015

Berbagai Permasalahan yang Erat dengan Mahasiswa
Oleh: Muhamad Sulkhan /13410264/5A
Sebagai mata kuliah disemester lima saat ini Pembelajaran Membaca dan Menulis adalah mata kuliah yang sangat ditunggu- tunggu oleh mahasiswa disetiap minggunya khususnya para mahasiswa yang sangat menggemari dunia menulis. Pada semester ini mata kuliah tersebut dipegang oleh seseorang yang bertangan dingin, karya- karyanya sudah dimuat diberbagai surat kabar, beliau bernama Setia Naka Andrian. Dosen hebat dengan segala tulisannya. Disetiap pertemuannya membahas berbagai topik yang sangat menarik, sehingga para mahasiswa mempunyai sebuah antusias lebih. Hal itu dibuktikan ketika adanya sebuah presentasi di depan kelas. Para mahasiswa meresponnya dengan sebuah tanggapan yang mampu menghadirkan suasana positif baik bagi mahasiswa maupun bagi dosen pengampu.
            Disetiap pertemuan mata kuliah ini bisa dikatakan sebagai mata kuliah yang bisa berjalan dengan lancar. Namun, ada beberapa permasalahan yang tentunya mengiringi jalannya perkuliahan. Semakin banyak berbagai masalah itu datang pastinya juga akan sangat mempengaruhi jalannya pembelajaran. Permasalahan tidak hanya terjadi di dalam kelas saja tetapi juga bisa terbawa keluar kelas. Sangat mustahil apabila sebuah pembelajaran tidak ada permasalahan yang mempengaruhi. Maka sebagai seorang mahasiswa dan dosen pengampu harus bisa saling kerja sama guna untuk meminimalisasi disetiap permasalahan. Dengan adanya kerja sama yang salaing melengkapi itu diharapkan terciptanya pembelajaran yang efektif.
            Dari permasalahan- permasalahan yang menyelimuti pembelajaran di kelas adapun permasalahan yang sangat mendasar yaitu sikap malas disetiap diri mahasiswa. Sikap malas itu Tidak bisa di hilangkan apalagi sekarang para mahasiswa dihadapkan kearah dunia yang semakin canggih. Semakin banyaknya pilihan maka semakin banyak pula alasan para mahasiswa untuk bersikap malas. Seharusnya dengan kesadaran yang lebih dewasa mahasiswa juga bisa berpikir untuk lebih maju. Mana yang dianggap penting bagi dirinya dan mana yang dianggap merugikan bagi dirinya harus dipilih demi untuk menyelamatkan arah masa depan. Selain semakin banyaknya pilihan, malas juga banyak disebabkan oleh berbagai alasan contohnya tidak suka sama mata kuliahnya, tidak suka dengan dosen pengampunya, berbagai masalah di dalam kelas dengan temannya, masalah yang terjadi di kost juga bisa menyebabkan sikap malas tersebut. Sikap malas sangat mendominasi sehingga menjadi masalah utama dan masalah yang tidak bisa dipandang sebelah mata.
            Masalah-masalah yang dialami mahasiswa pun tidak hanya itu, banyak yang lain misalnya : dalam hal pembelajaran di kampus yang dirasa sangat membosankan mungkin sebagian dari mereka menyesal di jurusan yang telah dipilih, lingkungan kos yang tidak mendukung untuk belajar dan mengembangkan diri, dan sulitnya membagi waktu antara kuliah, mengerjakan tugas, dan organisasi sehingga sering membolos kuliah dan nilai nya pun menjadi turun drastis. Di sisi lain, orang tua mereka menuntut anaknya untuk memperoleh IP yang bagus di setiap semesternya, dan bisa diandalkan untuk memperoleh pekerjaan yang layak setelah dia lulus kuliah pada jenjang sarjana. Jika kondisi mahasiwa yang kurang bersemangat dalam menjalani kuliah, bagaimana harapan orang tua itu bisa tercapai. Mungkin hanya kekecewaan yang akan orang tua mereka dapatkan.
Mahasiswa yang mempunyai banyak permasalahan seperti itu, biasanya karena kurang menyadari arti tanggung jawab, kedispilinan, komitmen dan resiko yang akan mereka hadapi pada masa yang akan datang. Dimana pada masa yang akan datang para lulusan dituntut untuk semakin berkompeten dan profesional di bidangnya masing-masing. Kriteria pekerjaan dan persaingannya pun akan semakin ketat.
Kondisi seperti diatas membuat para mahasiswa mengalami banyak tekanan karena berbagai tuntutan yang harus mereka hadapi. Kadang-kadang mereka sering mengabaikan kewajiban utama mereka di bangku kuliah yaitu belajar. Perlunya kesadaran tinggi untuk menyadarkan permasalahan tersebut. Kesadaran diri itu tentunya timbul dari dalam diri mereka sendiri.
Salah satu masalah yang sangat kompleks dan pasti dialami oleh mahasiswa adalah ketika mahasiswa tidak bisa membagi waktu kuliah, tugas, dan organisasi. Kuliah harus dijalani sementara organisasi pun tidak bisa ditinggalkan. Ketika antara ketiga hal tersebut tidak bisa diatur secara bijaksana, maka akan berakibat fatal. Biasanya mahasiswa yang seperti itu bingung harus memprioritaskan mana yang lebih penting.
Selain permasalahan di bidang akademik, adapun dari bidang non akademik yaitu kondisi lingkungan kos yang kurang nyaman, tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan baru di kampus baik itu dosen atau teman-temannya, kondisi ekonomi keluarga yang kurang mencukupi, kesulitan kesulitan pribadi yang timbul dari dirinya sendiri, permasalahan kisah kasih cintanya dan masih banyak yang lain. Hal yang demikian itu menyebabkan permasalahan mahasiswa menjadi semakin banyak dan tentunya akan semakin kompleks. Pada umumnya masalah-masalah yang dihadapi mahasiswa ini dapat menghambat studi yang harus mereka jalani.
Ketika mahasiswa menghadapi berbagai macam masalah yang ada, seringkali mereka lari dari kenyataan dan bahkan menghindarinya, sehingga masalah yang mereka alami pun tidak dapat terselesaikan dengan baik dan bahkan tidak ada jalan keluarnya sama sekali.
Harusnya kita sebagai mahasiswa mempunyai rasa tanggung jawab dan rasa kepedulian yang tinggi sehingga bisa lebih berkontribusi dengan baik, karena mahasiswa dianggap sudah dewasa dan bisa berkomitmen tinggi untuk menjalani kehidupan yang lebih baik lagi. Sebagai mahasiswa pun jangan mudah terombang ambing dengan kondisi yang kurang mendukung untuk bisa berkembang ke arah yang lebih baik, mahasiswa harus mempunyai pendirian yang teguh karena mahasiswa merupakan gerakan perubahan. Tentunya perubahan menjadi lebih baik, sehingga ketika ada masalah yang timbul, kita bisa menyelesaikannya secara dewasa dan mencari jalan keluar yang terbaik. Berubahlah menjadi pribadi yang lebih baik dengan dimulai dengan niat dari dalam diri sehingga hasilnya pun sesuai dengan usaha keras yang telah kita lakukan.


Kamis, 29 Oktober 2015

TAK SEKEDAR TULISAN


Wayang kampung sebelah merupakan wayang yang dikemas secara modern dengan memasukan unsur-unsur masakini atau mengikuti perkembangan zaman dengan kenyataan fakta yang ada disekitar kita. Unsur  budaya yang dikemas dalam bentuk wayang yang juga memasukan unsur musikalisasi membuat wayang kampung sebelah lebih menarik dan tidak membosankan, komedi yang dimunculkan menggambarkan fakta yang ada di dalam lingkup masyarakat Indonesia, contohnya adanya budaya pemilihan pemimpin disetiap jenjang yang menggunakan uang suap agar menarik minat masyarakat untuk memilih calon pemimpin, mana yang memberi uang paling banyak maka otomatis banyak juga yang memilih calon tersebut serta sebaliknya. Uniknya dalam pertunjukan wayang kampung sebelah ada tokoh Kampret yang menjadi penengah yang juga merupakan ciri penokohan yang lucu, karena disatu sisi dia membela tetapi disisi lain juga dia malah tidak membenarkan, tokoh Kampret sangat menggambarkan ciri orang yang ada dalam kenyataan sekitar kita sebagai penengah yang bukan membuat tegang tetapi membuat pihak tertentu menjadi tanggap walaupun tanggapan itu dikemas dengan humor yang menggelikan, kata-kata yang spontan membuat antar tokoh menjadi kebingungan dan berfikir satu sama lain sehingga dapat berfikir mana baiknya, tetapi pada kenyataan yang ada dalam masyarakat sekitar kita budaya tersebut mungkin sudah lama dilupakan karena lebih mengutamakan diri sendiri. Tokoh Polisi yang dimunculkan dalam wayang kampung sebelah yang pada kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari serta dari pengalaman pribadi sosok polisi sering dijadikan bahan pebicaraan di masyarakat karena kebanyakan polisi yang diketahui masyarakat hanya bisa meminta uang dari orang-orang yang melanggar peraturan lalu lintas, tetapi dalam pertunjukan wayang sebelah sosok polisi malah menjadi sosok yang bingung karena ketika berbuat benar belum tentu menurut masyarakat itu benar padahal ajuan dari polisi juga baik untuk diri masyarakat, ketika tidak bertindak polisi diminta harus berbuat ini berbuat itu padahal apa yang dilakukan polisi belum tentu disetujui masyarakat.

Tokoh yang digambarkan seperti polisi, pejabat pemerintahan, rakyat biasa, maupun tokoh yang lain sangat mudah dikenal oleh penonton. Karakter tokohnya mengesankan, tokoh yang biasanya dianggap tegas justru menjadi lucu dalam cerita ini. Tokoh pejabat yang seharusnya penjadi panutan dalam masyarakat, di dalam cerita ini digambarkan dengan tokoh yang egois dan tidak berani mengambil resiko. Berbagai tokoh dengan karakternya menjadi hiburan tersendiri bagi penonton. Ditambah lagi dengan tokoh kampret sebagai penegah yang membuat jalan cerita tidak membosankan.
            Dalang yang memainkan wayang dalam pertunjukan ini bisa membuat karakter suara yang berbeda. Walaupun yang memainkan hanya satu orang, tapi penonton dapat membedakan tokoh yang sedang bicara melalui intonasi dan cara dalang berbicara. dalang dalam wayang kampong sebelah ini bisa membuat penonton tertawa dengan caranya mengisi suara.

Tema yang diambil dalam wayang kampung sebelah ini dekat dengan lingkungan sekitar. Dengan adanya pertunjukan ini, orang dapat menilai dan berpikir bahwa menjadi seorang pejabat dan wakil rakyat tidak hanya sebatas bekerja untuk mencari uang, tetapi wakil rakyat harus benar-benar mengabdi pada rakyat  dan mencari solusi yang tepat untuk setiap permasalahan yang terjadi. Seorang pejabat tidak boleh bermalas-malasan dan mencari aman saja ketika sedang dilanda suatu permasalahan. Kalau hanya dengan cara menyalahkan satu sama lain, permasalahan hanya akan semakin panjang dan tidak dapat terselesaikan dengan baik.
            Adanya pertunjukan wayang kampung sebelah ini selain  menghibur dan menjadi pelajaran bagi penonton juga dapat dijadikan inspirasi bagi generasi muda untuk tetap berkarya dan dapat melestarikan budaya. Untuk melestarikan budaya, sebagai generasi penerus harus dapat membuar karya yang lebih menarik agar tidak menjenuhkan.
           

Kamis, 15 Oktober 2015



 “ Mengancam Kenangan”

Universitas PGRI Semarang minggu lalu, tepatnya pada hari kamis, 8 oktober 2015 kedatangan tamu spesial dari Teater Tikar. Teater Tikar adalah sekumpulan pemuda yang berkecipung di bidang teater. Mereka menampilkan pementasan dengan tatanan panggung yang dikemas seapik mungkin dan konsep dikemas semenarik mungkin. Pementasan dilaksanakan pada dua waktu yaitu pukul 15.30 WIB- selesai dan pukul 19.30WIB - selesai. Cerita yang diusung dalam pertunjukan teater tikar ketika itu adalah “Mengancam Kenangan” karya Iruka Danishwara yang merupakan salah satu anggota dari teater tikar. Naskah “Mengancam Kenangan” merupakan tafsiran atau presentasi kemajemukan bahwa siapapun, bukan hanya manusia bahkan seluruh makhluk bahkan benda atau apa dan siapa berhak memiliki kenangan.
Diceritakan seorang perempuan yang amat sangat kesulitan untuk melupakan kenangan yang pernah ia miliki bersama dengan orang yang sangat ia sayangi. Setiap pagi ia selalu melakukan rutinitas kebiasaannya menyapu untuk memilah keriki-kerikil yang ada dirumahnya. Ketika itulah wanita itu membayangkan akan kenangan-kenangan saat sepasang kaki kecil menapak dan sepasang kaki besar menapakkan kaki-kakinya. Hingga suatu ketika pemilik kaki besar itu hilang meninggalkannya entah kemana, ia sama sekali tidak tahu. Kenangan-kenangan akan peristiwa tentangnya semakin hari semakin lekat dalam ingatannya, belum lagi pemilik kaki kecil yang tidak pernah lelah untuk menanyakan perihal dimana keberadaan ayahnya. Pemilik kaki kecil itu selalu menyuruhnya untuk menceritakan bagaimana ayahnya, menanyakan dimana keberadaannya. Semakin ia bercerita semakin ia merasa tersiksa batinnya, namun semakin ia ingin menghilangankan kenangannya, ia pun semakin tersiksa. Lantas bagaimana ia mampu melepaskan penyiksaan akan masa lalunya. Ia menyadari bahwa kenangan tidak akan pernah bisa dilupakan. Kenangan memiliki awal cerita namun tidak pernah memiliki akhir cerita. Selamanya kenangan akan selalu ada dalam ingatan. Karena Ingantan dan rasa lah yang menghadirkan dan menyemayamkan kenangan dalam jiwa.
Ia tidak hanya kehilangan pemilik kaki-kaki besar yang pernah menapak di teras rumahnya, yang pernah menemaninya, tetapi ia juga kehilangan pemilik kaki kecil. Peristiwa yang sangat naas mengenai pemaksaan, ketika pemilik kaki kecil hendak di ambil paksa, ketika pemilik kaki kecil berada dalam dekapannya, ketika telinganya lekat dengan dadanya hingga mampu mendengar setiap denyut jantungnya, dan ketika pelukannya kalah dengan serdadu-serdadu bertopi panci itu. Saat itulah hanya pigura-pigura yang tertata rapi dirumahnya yang selalu mempertanyakan atas segala kenangannya. Pigura-pigura itu tidak pernah lepas dari jamahan tangannya, dan pigura-pira itu ia sembunyikan ke dalam laci kecil, ia berkeinginan jika pigura-pigura itu diletaknya ke dalam laci ia tidak akan mengingat kenangannya lagi. Namun tetap saja ia sering membuka laci itu dan sering Pigura-pigura itu terkena tetesan kenangan yang menganca jiwanya.
Setiap hari ia merindukan, setiap hari ia mengharapkan kedatangan pemilik kaki-kaki besar dan pemilik kaki-kaki kecil datang menghampirinya dan kembali bersaamanya, namun apa yang diharapkan hanyalah sebatas angan dan keinginan. Ia ingin melupakan segala kenangan akan mereka. Namun semakin ia melawan kenangan itu, kenangan itu semakin melawan untuk selalu hadir dalam pikirannya. Ia adalah wanita kesepian yang selalu mengadu kepada malam karena ditinggal oleh pangeran yang bersayap emas, dan ia adalah wanita yang selalu bercerita kepada pagi akan kenangannya. Ketika malam tiba, coretan di dinding-dinding kamarnya semakin menguatkan kenangan itu. Ia berkata “bagaimana bentuk kenangan yang kalian bawa-bawa itu. Sekutu darimanakah ia? Apakah ia sebentuk makhluk? Atau ruh? Dimanakah ia hidup? Dan mengapa ia bisa selalu ada? Bahkan ia mampu merasuki bayangan. Apakah ia amat sangat kuat hingga kalian mau bersekutu dengannya?
Aku berjanji tidak akan memusuhi pagi dan malam jika kalian,, wahai bulan dan mentari...mampu menjauhkan aku dari kenangan itu.
Ketika pagi datang ingatannya kembali akan tragedi yang pernah terjadi, saat kepala melekat didadanya, saat tangis meledak didadanya dan saat terdengar seribu serdadu datang menghampirinya. dan saat ia mendengar “Tangkap anak lelaki itu! Ia sama seperti Ayahnya! Bawa pergi anak lelaki itu, agar tidak menghilang seperti Ayahnya!
Nyonya, lepaskan saja ia! Tidakkah kau lihat bahwa ia akan menjadi seperti lelakimu yang pergi entah kemana bersama sayap emasnya?.” Saat itulah tangan yang awalnya mengenggam erat perlahan lepas dengan sendirinya. Pigura-pigura yang tertata rapi di rumahnyalah yang setia menemani kenangannya. Ia mengerti bahwa kenangan dan ingatan adalah dua hal yang berbeda, tetapi keduanya saling berkaitan.
Anak lelaki pemilik kaki kecil itu masih belum menyadari bahwa kedatangannya sangat ditunggu olehnya. Anak lelaki itu hanya mengingat ihwal wanita pemilik aroma dalam bak mandi yang sama halnya mengancam kenangannya. Jika tidak ingin tersiksa dengan kenangan maka dengan menerima, menyaksikan, dan berlapang dada bahwa kenangan itu akan ada di tempatnya pada seluruh sisa hidupmu adalah cara yang paling tepat untuk kenanganmu.
Menangapi mengenai pertunjukan teater tikar “Mengancam Kenangan” dari segi penataan panggungnya menurut saya cukup membuat saya terkagum, dengan adanya patung manekim, background hitam, kemudian seperti benang yang ditata sengaja tidak sejajar, dan di tambah dengan berbagai warna cahaya (pencahayaan) semakin memberikan kesan menarik dan penasaran oleh penonton. Dari segi kostumnya lebih menggunakan pakaian orang zaman dulu untu pemeran sebagai nyonya, untuk yang lainnya lebih berkesan memberikan aura menakutkan karena memekai penutup kepala dan baju seperti ada bercak darahnya. Dari segi pembawaan ceritanya menurut saya agak kurang mampu membawa penonton hanyut dalam ceritanya, karena dari judulnya mengancam kenangan yang saya kira seharusnya memberikan kesan sedih tetapi menurut saya belum bisa membawa saya ke dalam kesedihan dalam cerita,  karena menurut saya kurang sedikit sentuhan suara yang agak diperhalus saja. Kemudian, karena banyak hal yang disimbolkan penonton tidak bisa langsung menangkap maksud dari simbolnya secara cepat, namun setelah ceritanya berjalan lama baru bisa dipahami maksud dari simbol tersebut.
Sedikit saran dari saya, dari segi olah vokal jangan identik dengan menggunakan nada tinggi saja, tetapi juga diselingi dengan nada rendah dengan penghayatan yang sesuai dengan peran dan situasi masing-masing agar penonton bisa terbawa dengan suasana kesedihan karena disiksa oleh bayangan kenangan yang belum dapat ia lupakan. Harapan kedepannya, semoga teater tikar mampu menghasilkan karya yang jauh lebih baik , teruslah berkarya dalam seni teater, dan lain waktu bisa berkunjung lagi di Universitas PGRI Semarang.